----------------------------------------------------------------------------------------------
Kanker adalah penyakit yang muncul karena adanya sel-sel
abnormal yang perkembangannya tidak terkontrol. Sel-sel kanker tersebut
dapat menyebar luas ke seluruh bagian tubuh lewat sistem peredaran
darah. Tercatat sekitar 100 jenis kanker yang saat ini mengancam
kehidupan manusia, seperti kanker otak, kanker payudara, kanker kulit,
kanker prostat, kanker hati dan sebagainya.
Ada 3 jenis pengobatan bagi mereka yang menderita penyakit kanker, yakni:
- Melalui operasi atau pembedahan,
- Kemoterapi atau pemberian obat-obatan,
- Serta radioterapi dengan menggunakan sinar radiasi.
Pada umumnya, untuk dapat sembuh dari serangan kanker, seorang pasien
tidak cukup hanya menggunakan satu cara pengobatan, tapi harus dengan
mengkombinasikan 3 jenis pengobatan tersebut. Karena pada dasarnya,
kanker baru dapat disembuhkan jika diangkat secara keseluruhan lewat
proses pembedahan, agar sel-sel kanker tidak menjalar ke bagian tubuh
yang lain. Setelah itu, untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker
yang masih tersisa atau tertinggal, digunakan pengobatan dengan cara
kemoterapi dan radiasi.
Tulisan ini hanya akan membahas tentang pengobatan kemoterapi,
sehingga pengobatan penyakit kanker dengan operasi atau pembedahan dan
menggunakan terapi radiasi, tidak akan disinggung. Berikut penjelasan
tentang pengobatan kemoterapi pada penyakit kanker.
Sejarah Kemoterapi
Pengobatan
kemoterapi untuk penyakit kanker diawali sekitar tahun 1940, ketika
itu, dunia sedang dilanda Perang Dunia II. Salah satu jenis senjata yang
diteliti penggunaannya untuk digunakan dalam perang adalah senjata
kimia yakni dengan menggunakan gas mustard. Suatu ketika, tanpa sengaja
gas mustard tersebut diledakkan oleh sekelompok orang.
Mereka yang terkena dampak dari ledakan gas itu, setelah diperiksa
ternyata sel darah putihnya (pasukan imun sistem) sangat rendah.
Berdasarkan kejadian itulah, para dokter berkesimpulan bahwa untuk
membunuh sel-sel kanker yang semula dilakukan dengan menyuruh pasien
menghirup gas melalui sistem pernapasan, diganti dengan memberikan
pengobatan melalui pembuluh darah. Hasilnya cukup efektif, karena pasien
kanker mengalami banyak kemajuan. Penelitian tentang pengobatan kanker
dengan memasukkan obat-obatan ke dalam pembuluh darah terus
dikembangkan, sehingga kita kenal sistem pengobatan yang saat ini
dinamakan kemoterapi.
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik yang bekerja pada seluruh
bagian tubuh dengan cara melenyapkan sel-sel kanker yang perkembangannya
sangat cepat. Kemoterapi bisa dilakukan sebelum pembedahan maupun
sebelum radiasi dengan maksud untuk memperkecil ukuran tumor, bisa juga
dilakukan setelah proses pembedahan dan radiasi dengan maksud untuk
membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa di dalam tubuh. Kelemahan
dari kemoterapi, daya kerjanya tidak hanya efektif dalam menghambat dan
membunuh sel-sel kanker, tapi juga berpengaruh negatif terhadap sel-sel
normal. Sehingga pengobatan kemoterapi, selalu diiringi dengan efek
samping yang berpengaruh negative terhadap kesehatan tubuh.
Kemoterapi untuk Pengobatan Kanker
Ada 2 alasan utama dilakukannya kemoterapi untuk pengobatan penyakit kanker:
- Untuk melenyapkan, setidaknya mengendalikan tumor, serta meringankan
derita yang dirasakan penderita penyakit kanker, yakni rasa sakit.
Kemoterapi jenis ini disebut kemoterapi paliatif.
- Untuk mencegah munculnya kembali sel-sel kanker pasca dilakukan
operasi atau terapi radiasi. Kemoterapi jenis ini dinamakan kemoterapi
adjuvant.
Pengaplikasian kemoterapi untuk pengobatan penyakit kanker dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
- Kemoterapi dijadikan sebagai terapi utama dalam prosedur pengobatan,
dengan maksud untuk melenyapkan sel-sel kanker hingga benar-benar
bersih.
- Kemoterapi dijadikan sebagai terapi tambahan terhadap para pasien
yang selesai melakukan operasi atau radiasi, dengan maksud agar tidak
ada lagi tumor yang tersisa.
- Kemoterapi dijadikan sebagai terapi paliatif terhadap penderita
kanker yang berada pada stadium lanjut atau stadium 4B, dengan maksud
untuk mengontrol tumbuhnya sel-sel kanker.
Sebelum pasien divonis harus menjalani kemoterapi, dokter diwajibkan
melakukan serangkaian pemeriksaan terutama yang berhubungan dengan
fungsi ginjal dan hati. Setelah pasien ditetapkan harus menjalani
kemoterapi, tindakan atau bentuk kemoterapi yang diberikan oleh dokter
terdiri atas 3 jenis tindakan, yaitu:
- Menggunakan kapsul atau tablet, yang merupakan cara paling praktis
karena bisa dilakukan sendiri oleh pasien dimanapun berada, tentunya
dengan memperhatikan saran dokter.
- Lewat injeksi atau suntikan, yang harus dilakukan oleh dokter di rumah sakit, klinik, atau ruang praktek dokter.
- Melalui infus, yang harus dilakukan paramedis berpengalaman dan dilakukan di rumah sakit atau di klinik khusus.
Pemberian kemoterapi, frekuensinya tergantung pada jenis serta
tingkat atau stadium kanker yang diderita pasien. Itu sebabnya dokter
tidak bisa langsung memutuskan untuk memberikan kemoterapi, meskipun
pasien mampu membayarnya. Dokter harus benar-benar tahu, kanker jenis
apa yang diderita pasien dan sudah berada pada stadium berapa.
Efek Samping Kemoterapi Beserta Cara Mengatasinya
Seperti yang telah disebutkan di atas, kemoterapi adalah proses
pengobatan dengan memasukkan racun ke dalam tubuh, guna meracuni sel-sel
kanker agar binasa dan tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain.
Persoalannya, kemoterapi tidak hanya meracuni sel-sel kanker saja, tapi
disaat yang sama juga menghambat pertumbuhan sel-sel sehat yang terdapat
di dalam sumsum, saluran pencernaan (gastroinrtestinal tracts), dan
yang lainnya, sehingga dapat merusak organ-organ tubuh yang lain,
seperti ginjal, hati, paru-paru, jantung, dan lain-lain. Beban racun
dari kemoterapi yang berlebihan, juga mengancam sistem kekebalan tubuh,
sehingga penderita kanker yang menjalani kemoterapi, akan menderita
infeksi dan komplikasi sebagai efek samping dari kemoterapi.
Efek samping dari kemoterapi tersebut, jelas tidak bisa dihilangkan
karena merupakan proses alami akibat dari masuknya racun ke dalam tubuh.
Sehingga yang bisa dilakukan oleh mereka yang menjalani kemoterapi
hanya dengan mengatasinya agar efek samping tersebut dapat ditekan
seminim mungkin, dan tidak berkembang menjadi penyakit baru. Berikut
beberapa efek samping dari kemoterapi beserta cara mengatasinya:
- Rambut Rontok
Efek samping yang mudah dilihat dari pasien kanker yang menjalani
kemoterapi adalah rontoknya rambut, disebabkan sel-sel folikel rambut
yang juga dapat membelah dengan cepat sebagimana sel kanker ikut
diberangus oleh kemoterapi yang tidak bisa membedakan antara sel yang
berbahaya dengan sel yang sehat. Untuk mengatasi rambut yang rontok,
tidak ada jalan lain kecuali dengan mengenakan wig, atau tetap tampil
percaya diri dengan kondisi rambut yang ada.
- Mual dan Muntah
Efek samping lainnya yang kerap terjadi akibat kemoterapi adalah rasa
mual yang menyebabkan hilangnya nafsu makan, dehidrasi dan konstipasi.
Jika mual semakin marah, akan berlanjut dengan muntah-muntah. Hal ini
disebabkan karena beberapa jenis dari obat untuk kemoterapi memang
menimbulkan rasa mual, disamping karena sebagian orang memang sangat
rentan terhadap rasa mual. Untuk mengatasi rasa mual dan muntah, pasien
yang menjalani kemoterapi sebaiknya makan dan minum dalam jumlah sedikit
namun dilakukan dengan sering. Menghindari makanan yang aromanya
menyengat, berminyak, berlemak, terlalu manis, panas, dan pedas.
Meminum wedang jahe serta teh beraroma mint juga bisa mencegah mual dan
muntah. Selain itu muntah juga dapat diminimalisir dengan mengkonsumsi
Vitamin B6 dengan dosis 50 mg.
- Diare dan Konstipasi
Munculnya diare disebabkan karena kemoterapi ikut menghancurkan
sel-sel dinding, selain juga disebabkan karena kekurangan gizi, stress,
dan rasa cemas. Pengaruh dari diare itu sendiri dapat menimbulkan rasa
mual, kembung, kram dan sakit perut, serta iritasi pada kulit. Beberapa
obat anti kanker juga edapat menimbulkan konstipasi jika tidak dibarengi
dengan asupan cairan dan serat yang cukup. Untuk mengatasi serangan
diare, penderita kanker yang melakukan kemoterapi sebaiknya menghindari
makanan yang digoreng, sayuran mentah, biji-bijian, kacang-kacangan, dan
minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin. Sebaliknya, mereka
harus memperbanyak mengkonsumsi telor, kentang, yogurt tawar, roti
putih, serta pisang.
- Alergi atau Hipersensitif
Alergi dan hipersensitif timbul karena respon sistem kekebalan tubuh
akibat kemoterapi. Alergi yang parah dapat memicu terjadinya
Anafilaksis, yang menyebabkan schock, tekanan darah rendah, bahkan
berujung kematian. Gejala dari reaksi alergi akibat kemoterapi
diantaranya gatal-gatal, ruam kulit, sulit bernapas, serta pembengkakan
lidah, bibir dan kelopak mata. Beberapa jenis obat alergi memang dapat
dipakai untuk mengatasinya, namun agar lebih aman sebaiknya
berkonsultasi dulu dengan dokter.
- Masalah Kulit
Berbagai macam permasalahan kulit akan muncul selama proses
pengobatan kemoterapi, seperti kulit kering, ruam, pecah-pecah gatal,
bersisik, terkelupas, dan sensitif terhadap sinar matahari. Untuk itu
sebaiknya menghindari paparan sinar matahari langsung, serta menjauhi
tempat-tempat yang kotor dan berdebu.
- Anemia
Produktifitas sumsum tulang dalam menghasilkan sel darah merah dapat
menurun akibat kemoterapi, sehingga jumlah sel darah merah menjadi
berkurang. Karena sel darah merah fungsinya mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh, dengan kurangnya sel darah merah dapat membuat jaringan
tubuh juga kekurangan oksigen, dan menyebabkan anemia yang ditandai
degan berbagai macam gejala, seperti sesak napas, lesu, lelah, serta
pusing. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan tidur yang cukup,
menghindari olah raga berat, mengkonsumsi sayur, daging merah, hati, dan
jika memang dibutuhkan dapat mengkonsumsi suplemen eritropentin dan
besi.
- Infeksi
Kemoterapi membuat produksi leukopenia atau sel darah putih
berkurang, sehingga berdampak pada melemahnya sistem kekebalan tubuh dan
membuat tubuh rentan terserang infeksi. Dengan kondisi tubuh yang
rentan terhadap serangan infeksi itulah, pasien yang menjalani
kemoterapi sebaiknya tidak melakukan kontak langsung dengan orang yang
sakit, dengan orang yang baru mendapatkan vaksinasi, tidak berada di
tempat yang ramai, dan membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun
antiseptic untuk mencegah infeksi.
- Pendarahan
Terjadinya supresi sumsum tulang akibat kemoterapi dapat membuat
jumlah trombosit berkurang, sementara trombosit sendiri berperanan
penting pada proses pembekuan darah. Itu sebabnya efek samping berupa
pendarahan ikut menyertai pasien yang menjalani kemoterapi. Untuk itu,
gunakan mouthwash dan dental floss saat membersihkan gigi guna mencegah
gusi berdarah. Gunakan lipbalm untuk menjaga agar bibir tidak kering dan
mengelupas. Hindari pemakaian alat cukur listrik. Hindari olah raga
berbahaya, dan perbanyak meminum air.
- Kelelahan
Kelelahan merupakan efek samping yang lumrah pada pasien yang
menjalani kemoterapi, disebabkan karena rasa sakit, kurang tidur,
hilangnya nafsu makan, serta darah rendah. Kelelahan bisa muncul secara
tiba-tiba, serta menyerang tubuh selama berhari-hari, berminggu-minggu,
bahkan bisa sampai pada hitungan bulan. Untuk mengatasinya, meski sulit
usahakan untuk tidur biarpun dalam waktu yang sebentar dan lakukan
sesering mungkin. Lakukan olah raga ringan guna membantu metabolism
tubuh. Perbanyak mengkonsumsi cairan serta makanan yang kaya akan
vitamin B12, seperti susu, ikan, dan daging. Jika dokter mengijinkan,
dapat pula mengkonsumsi suplemen vitamin B12.
- Sakit Tenggorokan dan Sariawan
Kemoterapi juga dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada tenggorokan
dan jaringan mulut yang pada akhirnya menjadi penyebab sariawan. Untuk
mengatasinya, berkumurlah dengan air garam atau baking soda, makanlah
makanan yang lunak dan tidak mengiritasi, serta sikatlah gigi sedikitnya
4 kali dengan memakai sikat yang lembut.
Demikian sedikit penjelasan tentang pengobatan kanker melalui
kemoterapi beserta efek samping yang menyertai, serta cara mengatasi
efek samping dari kemoterapi.
Jenis Kanker Yang Menggunakan Kemoterapi
Jenis kanker lain juga banyak yang memanfaatkan pengobatan ini, silakan konsultasikan dengan dokter terkait.
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah Menggunakan Bahasa Yang santun, Dan Tidak Mengandung, Penghinaan, Provokasi Dan Lain Sebagainya.
Jika Ingin mendapat Backlink Silahkan Menuju Halaman AutoBacklink Di Blog Ini, Terimakasih.